This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sabtu, 21 Januari 2012

INSPIRASI Kesetiaan


Hachiko adalah seekor anjing yang lahir di sekitar bulan November 1923 di Odate, Jepang. Ia pindah ke Tokyo, saat majikannya pindah ke sana.
Pemilik anjing itu bernama Eisaburo Ueno. Eisaburo adalah seorang tua yang tinggal sendirian di rumahnya, istrinya sudah meninggal dan anak-anaknya sudah menikah dan tidak tinggal di situ lagi. Eisaburo Ueno bekerja di sebuah universitas di dekat Tokyo sebagai seorang profesor.
Sudah sebuah kebiasaan bagi orang tua itu untuk menaiki kereta listrik di Stasiun Shibuya untuk bekerja. Ia berangkat sekitar jam 8 pagi, dan biasanya ia pulang dan tiba di stasiun itu kembali sekitar jam 5 sore.
Hachiko, si anjing itu, sangat setia menemani tuannya. Setiap pagi ia berjalan bersama tuannya menuju ke Stasiun Shibuya. Setelah ‘melepas kepergian’ tuannya, anjing itu pulang sendiri ke rumah. Dan uniknya tepat sebelum jam 5 sore, anjing itu sudah datang kembali ke stasiun untuk menjemput tuannya.
Kebiasaan ini dilakukannya setiap hari selama beberapa tahun, dan orang-orang di sekitar situ sudah mulai hapal dengan tingkah anjing (dan pemiliknya) itu. Para petugas stasiun pun selalu tersenyum ramah saat melihat anjing itu berlari-lari kecil menjemput tuannya setiap sore.
Tapi malang, pada suatu siang, Eisaburo mendapatkan serangan jantung di universitas tempatnya bekerja. Ia meninggal sebelum mendapatkan perawatan medis dari rumah sakit. Segenap keluarganya langsung dihubungi oleh pihak universitas untuk menjemput jenazah Eisaburo.
Lalu bagaimana dengan anjing itu ? Ternyata, pada sore harinya anjing itu tetap datang ke stasiun untuk menjemput tuannya, tapi hingga larut malam ia menunggu, ternyata tuannya tidak datang. Anjing itu pulang kembali ke rumah.
Besok sorenya, anjing itu kembali datang ke Stasiun – dan sekali lagi – ia pulang dengan ‘tangan hampa’. Kebiasaan ini ia lakukan setiap hari. Para petugas stasiun dan orang-orang di situ sangat bersimpati dan kadangkala memberinya makan saat ‘menjemput tuannya’.
patunghachikoBeberapa kerabat Eisaburo pun sebenarnya sudah berusaha untuk memelihara dan merawat anjing itu, tetapi tetap saja – setiap sore anjing itu nekat berlari menuju ke stasiun Shibuya.
Tak terasa 11 tahun sudah berlalu, dan anjing itu tetap melakukan aktivitas hariannya menunggu tuannya di stasiun tiap sore – hingga larut malam, bahkan kadang baru pulang besok paginya setelah pulas tertidur di stasiun.
Setelah berumur 15 tahun, anjing itu akhirnya meninggal dunia dalam kesetiaannya, tepat di tempat dimana ia biasa menunggu tuannya.
Untuk memuji dan menghargai kesetiaan anjing itu, orang-orang membangun sebuah patung Hachiko di Stasiun Shibuya. Patung anjing itu masih berdiri kokoh hingga saat ini – sebagai sebuah inspirasi kesetiaan bagi orang-orang yang melewatinya.

Jumat, 20 Januari 2012

BUNGA UNTUK IBU


Pagi itu, seorang pria tampak turun dari mobil mewahnya. Ia bermaksud untuk membeli sebuah kado di kompleks pertokoan itu. Besok adalah hari Ibu, dan ia bermaksud untuk membeli lalu mengirimkan sebuah hadiah lewat pos untuk ibunya di kampung. Seorang Ibu yang pernah ia tinggal pergi beberapa tahun lalu untuk kuliah, mencari nafkah, dan mengejar kesuksesan di kota besar ini. Langkah-langkah pria itu terhenti di depan sebuah toko bunga. Ia melihat seorang gadis cantikTernyata, gadis itu adalah adik tingkatnya semasa kuliah dulu. Gadis itu terlihat sedang memandangi lesu rangkaian bunga-bunga indah di etalase. Matanya terlihat dengan jelas tengah berkaca-kaca, air mata nya hendak meleleh, seperti akan menangis.
Setelah cerita cerita lalu dilantunkan, pria itu lalu bertanya “Ada apa denganmu? Ada apa dengan bunga-bunga itu?”
“Aku ingin memberi salah satu rangkaian bunga mawar ini untuk ibu saya,” gadis cantik itu melanjutkan, “Seumur hidup, saya belum pernah memberikan bunga seindah ini untuk ibu.”
“Kenapa tidak kau beli saja? Ini bagus, kok.” Cerita pria tersebut sambil turut mengamati salah satu karangan bunga.
“Uang saya tidak cukup.”
“Ya sudah, pilih saja salah satu, aku yang akan membayarnya.” Pria itu menawarkan diri sambil tersenyum.
Akhirnya gadis itu mengambil salah satu karangan bunga. Dengan ditemani sang pria, gadis itu lalu menuju kasir. Pria itu juga menawarkan diri mengantar si gadis pulang ke rumah untuk memberikan bunga itu kepada ibunya. Gadis itu pun bersedia.
Dua orang itu lalu melaju menggunakan mobil menuju ke sebuah tempat yang ditunjukkan oleh si gadis. Hati pria itu terperanjat ketika gadis cantik itu ternyata mengajaknya ke sebuah kompleks pemakaman umum.
Setelah memarkir mobil,  pria itu lalu mengikuti langkah-langkah si gadis. Dengan sangat terharu gadis itu lalu meletakkan karangan bunga itu ke makam ibunya. Seorang ibu yang memang belum pernah dilihat gadis itu seumur hidupnya. Ibu itu dulu meninggal saat melahirkan gadis itu.
Melihat kejadian itu, setelah mengantarkan gadis itu pulang ke rumah, sang pria membatalkan niatnya untuk membeli dan mengirimkan kado bagi ibunya.
Siang itu juga, pemuda sukses itu langsung memacu mobilnya.. pulang ke kampungnya.. untuk melihat wajah ibu yang dia rindukan selama ini.. untuk bersujud di bawah kakinya dan memeluk erat tubuh dan hati lembutnya..

Rabu, 18 Januari 2012

20 gejala penyakit berbahaya

Setiap gejala dalam tubuh menandakan sesuatu yang berbeda tingkat keseriusannya. Banyak keluhan yang sifatnya ringan tetapi menandakan penyakit berbahaya. Banyak juga keluhan yang tampaknya serius padahal tidak perlu dicemaskan.
Kapankah Anda harus memeriksakan diri ke dokter dan kapan tidak? Sebagai patokan, bila Anda merasakan salah satu gejala berikut, segeralah berkonsultasi dengan dokter:
  1. Kehilangan penglihatan atau kesulitan berbicara dalam jangka pendek, mati rasa di wajah atau tubuh, lemah atau lumpuh di lengan atau kaki.
  2. Sakit kepala yang terjadi tiba-tiba dan sangat kuat, terutama setelah mengalami cedera kepala atau bila disertai demam dan leher kaku/nyeri.
  3. Berat badan banyak turun dalam waktu pendek: lima persen dari berat badan dalam waktu satu bulan atau sepuluh persen dalam waktu enam sampai dua belas bulan.
  4. Setiap perubahan di payudara: benjolan, gatal, nyeri, perubahan kulit, keluar cairan dari puting.
  5. Perdarahan vagina di luar menstruasi atau setelah menopause.
  6. Gangguan perut: diare lebih dari seminggu atau sembelit lebih dari dua minggu, buang air besar yang tidak biasa, tinja berdarah atau hitam.
  7. Merasa kenyang yang tidak biasa setelah makan kecil.
  8. Batuk yang berlangsung lebih dari empat minggu atau batuk berdarah.
  9. Merasa sedih terus-menerus selama beberapa minggu atau bulan.
  10. Demam lebih dari 38°C, yang berlangsung lebih dari seminggu atau demam tiba-tiba tinggi di atas 39°C.
  11. Nafas sesak atau tersengal-sengal, terutama jika terjadi pada saat istirahat.
  12. Kebingungan, disorientasi, perilaku agresif tiba-tiba, lekas marah yang ekstrim atau halusinasi.
  13. Sendi panas, merah, nyeri atau bengkak
  14. Mengantuk terus-menerus, kesulitan bangun, atau kurang berjaga.
  15. Rasa sakit atau terbakar saat buang air kecil atau buang air kecil terlalu sering dan dalam jumlah kecil.
  16. Mual atau muntah yang persisten.
  17. Sensitivitas yang parah terhadap cahaya
  18. Limbung yang membuat sulit berdiri atau berjalan (ataksia atau vertigo).
  19. Penglihatan ganda, kabur, atau bintik buta.
  20. Ruam kulit yang tidak biasa atau memar spontan.

Selasa, 17 Januari 2012

ashabul ukhdud


Pada zaman dahulu, sebelum masa kalian ada seorang raja, dia mempunyai seorang tukang sihir. Ketika tukang sihir ini sudah semakin tua, dia berkata kepada raja tersebut: “Saya sudah tua, carikan untukku seorang pemuda remaja yang akan saya ajari sihir.” Maka raja itupun mencari seorang pemuda untuk diajari ilmu sihir.
Adapun pemuda itu, di jalanan yang dilaluinya (menuju tukang sihir) itu ada seorang rahib (ahli ibadah). Lalu dia duduk di majelis rahib tersebut, mendengarkan wejangannya dan ternyata uraian tersebut menakjubkannya. Akhirnya, jika dia mendatangi tukang sihir itu, dia melewati majelis si rahib dan duduk di sana. Kemudian, setelah dia menemui tukang sihir itu, dia dipukul oleh tukang sihir tersebut. Pemuda itupun mengadukan keadaannya kepada si rahib. Kata si rahib: “Kalau engkau takut kepada si tukang sihir, katakan kepadanya: ‘Aku ditahan oleh keluargaku.’ Dan jika engkau takut kepada keluargamu, katakan kepada mereka: ‘Aku ditahan oleh tukang sihir itu’.”
Ketika dia dalam keadaan demikian, datanglah seekor binatang besar yang menghalangi orang banyak. Pemuda itu berkata: “Hari ini saya akan tahu, tukang sihir itu yang lebih utama atau si rahib.” Diapun memungut sebuah batu dan berkata: “Ya Allah, kalau ajaran si rahib itu lebih Engkau cintai daripada ajaran tukang sihir itu, maka bunuhlah binatang ini agar manusia bisa berlalu.” Pemuda itu melemparkan batunya hingga membunuhnya. Akhirnya manusiapun dapat melanjutkan perjalanannya.
Kemudian pemuda itu menemui si rahib dan menceritakan keadaannya. Si rahib berkata kepadanya: “Wahai ananda, hari ini engkau lebih utama daripadaku. Kedudukanmu sudah sampai pada tahap yang aku lihat saat ini. Sesungguhnya engkau tentu akan menerima cobaan, maka apabila engkau ditimpa satu cobaan, janganlah engkau menunjuk diriku.”
Pemuda itupun akhirnya mampu mengobati orang yang dilahirkan dalam keadaan buta, sopak (belang), dan mengobati orang banyak dari berbagai penyakit. Berita ini sampai ke telinga teman duduk sang raja, yang buta matanya. Diapun menemui pemuda itu dengan membawa hadiah yang banyak, lalu berkata: “Semua hadiah yang ada di sini adalah untuk engkau, saya kumpulkan, kalau engkau dapat menyembuhkan saya (dari kebutaan ini).”
Anak muda itu menjawab: “Sebetulnya, saya tidak dapat menyembuhkan siapapun. Tapi yang menyembuhkan itu adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kalau engkau beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, saya doakan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, tentu Dia sembuhkan engkau.”
Teman sang raja itupun beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala menyembuhkannya. Kemudian dia menemui sang raja dan duduk bersamanya seperti biasa. Raja itu berkata kepadanya: “Siapa yang sudah mengembalikan matamu?”
Dia menjawab: “Rabbku.” Raja itu menukas: “Apa kamu punya tuhan selain aku?” Orang itu berkata: “Rabbku dan Rabbmu adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Raja itupun menangkapnya dan tidak berhenti menyiksanya sampai dia menunjukkan si pemuda. Akhirnya si pemuda ditangkap dan dibawa ke hadapan raja tersebut. Sang raja berkata: “Wahai anakku, telah sampai kepadaku kehebatan sihirmu yang dapat menyembuhkan buta, sopak, dan kamu berbuat ini serta itu.”
Pemuda itu berkata: “Sesungguhnya saya tidak dapat menyembuhkan siapapun. Tapi yang menyembuhkan itu adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Raja itu menangkapnya dan terus menerus menyiksanya sampai dia menunjukkan si rahib. Akhirnya si rahib ditangkap dan dihadapkan kepada sang raja dan dipaksa: “Keluarlah dari agamamu.” Si rahib menolak. Raja itu minta dibawakan sebuah gergaji, lalu diletakkan di atas kepala si rahib dan mulailah kepala itu digergaji hingga terbelah dua. Kemudian diseret pula teman duduk raja tersebut, dan dipaksa pula untuk kembali murtad dari keyakinannya. Tapi dia menolak. Akhirnya kepalanya digergaji hingga terbelah dua.
Kemudian pemuda itu dihadapkan kepada raja dan diapun dipaksa: “Keluarlah kamu dari keyakinanmu.” Pemuda itu menolak.
Akhirnya raja itu memanggil para prajuritnya:
“Bawa dia ke gunung ini dan itu, dan naiklah. Kalau kalian sudah sampai di puncak, kalau dia mau beriman (bawa pulang). Kalau dia tidak mau, lemparkan dia dari atas.” Merekapun membawa pemuda itu ke gunung yang ditunjuk. Si pemudapun berdoa: “Ya Allah, lepaskan aku dari mereka dengan apa yang Engkau kehendaki.” Seketika gunung itu bergetar dan merekapun terpelanting jatuh. Pemuda itu datang berjalan kaki menemui sang raja. Raja itu berkata: “Apa yang dilakukan para pengawalmu itu?”
Kata si pemuda: “Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkanku dari mereka.”
Kemudian raja itu menyerahkan si pemuda kepada beberapa orang lalu berkata: “Bawa dia dengan perahu ke tengah laut. Kalau dia mau keluar dari keyakinannya, (bawa pulang), kalau tidak lemparkan dia ke laut.” Merekapun membawanya. Si pemuda berdoa lagi: “Ya Allah, lepaskan aku dari mereka dengan apa yang Engkau kehendaki.” Perahu itu karam dan mereka pun tenggelam. Sedangkan si pemuda berjalan dengan tenang menemui sang raja.
Raja itu berkata: “Apa yang dilakukan para pengawalmu itu?”
Kata si pemuda: “Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkanku dari mereka.”
Lalu si pemuda melanjutkan: “Sesungguhnya engkau tidak akan dapat membunuhku sampai engkau melakukan apa yang kuperintahkan.” Sang raja bertanya: “Apa itu?”
Kata si pemuda: “Kau kumpulkan seluruh manusia di satu tempat, kau salib aku di sebatang pohon dan ambil sebatang panah dari kantung panahku kemudian letakkan pada sebuah busur lalu ucapkanlah: ‘Bismillah Rabbil ghulam’ (Dengan nama Allah, Rabb si pemuda), dan tembaklah aku dengan panah tersebut. Kalau engkau melakukannya niscaya engkau akan dapat membunuhku.”
Raja itupun mengumpulkan seluruh manusia di satu tempat dan menyalib si pemuda, kemudian mengeluarkan anak panah dari kantung si pemuda lalu meletakkannya pada sebuah busur dan berkata: “Bismillahi Rabbil ghulam”, kemudian dia melepaskan panah itu dan tepat mengenai pelipis si pemuda. Darah mengucur dan si pemuda segera meletakkan tangannya di pelipis itu dan diapun tewas. Serta merta rakyat banyak yang melihatnya segera berkata: “Kami beriman kepada Rabb si pemuda. Kami beriman kepada Rabb si pemuda. Kami beriman kepada Rabb si pemuda.”
Raja itupun didatangi pengikutnya dan diceritakan kepadanya: “Apakah anda sudah melihat, apa yang anda khawatirkan, demi Allah sudah terjadi. Orang banyak sudah beriman (kepada Allah).”
Lalu raja itu memerintahkan agar menggali parit-parit besar dan menyalakan api di dalamnya. Raja itu berkata: “Siapa yang tidak mau keluar dari keyakinannya, bakarlah hidup-hidup dalam parit itu. (Atau: ceburkan ke dalamnya).” Merekapun melakukannya, sampai akhirnya diseretlah seorang wanita yang sedang menggendong bayinya. Wanita itu mundur (melihat api yang bernyala-nyala), khawatir terjatuh ke dalamnya (karena sayang kepada bayinya). Tapi bayi itu berkata kepada ibunya: “Wahai ibunda, bersabarlah, karena sesungguhnya engkau di atas al-haq.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala menceritakan kisah ini juga dalam Kitab-Nya yang mulia dalam surat Al-Buruj:
“Demi langit yang mempunyai gugusan bintang, dan hari yang dijanjikan, dan yang menyaksikan dan yang disaksikan. Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit. Yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman. Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji, Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu. Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang yang mukmin laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab Jahannam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar….”
Itulah kisah yang Allah Subhanahu wa Ta’ala ceritakan dalam Kitab-Nya yang mulia agar menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudah mereka.